Sehari sebelum saya berangkat ke kota lain untuk melanjutkan study,
ayah memanggil saya kedalam kamarnya dan berkata:
"Ambil bungkusan ini dan buka hanya apabila kamu rasa buntu untuk
menyelesaikan masalah kamu", kata ayah sambil menyerahkan sebuah
bungkusan yang sederhana besar. Dan keesokan harinya ayah mengantar
saya hingga ke stasiun bus dengan senyuman penuh makna.
Suatu hari, setelah hampir 3 bulan saya berada di kota, saya ditimpa satu masalah yang benar-benar membuat saya buntu dan hampir putus asa untuk menghadapinya. Saya teringat akan bungkusan yang ayah berikan dulu. Saya kira, inilah masanya untuk saya membuka rahasia yang tersirat di balik bungkusan tersebut.
Ternyata di dalam bungkusan itu terdapat sehelai sejadah lama, sehelai kain sarung baru dan sebuah kompas penunjuk arah kiblat serta secarik kertas yang berbunyi :
"....Tiada namanya lautan jika ia tidak bergelora, tiada namanya bumi jika tidak ditimpa hujan dan tidak namanya kehidupan jika tiada masalah. Sebagaimana warna menyempurnakan lukisan, masalah pula adalah penyempurnaan kehidupan. Bersyukurlah, sekurang-kurangnya kamu masih hidup dan Tuhan masih menyayangi kamu, karena itu dianugerahkan oleh-Nya masalah. Buat kamu menajamkan lagi akalmu. Tenang dan rapatkan kedua tangan menadah doa mohon petunjuk kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui....."
(Muhammad Shalleh)
Saya terpana, ternyata itu adalah hadiah daripada kakek saya kepada ayah saya dan sekarang diwariskan kepada saya. Dan sejak dari hari itu, saya selalu mengucapkan syukur setiap kali saya dilanda masalah karena saya tahu bahwa Tuhan masih menyayangi saya..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar