Seperti hari-hari kerja sebelumnya saat jari-jari mentari mengusap lembut pegunungan di utara Hokkaido ,
Kesha yang hidup dengan ekonomi yang serba cukup baru saja ke kesekolah dengan diantar oleh pamannya
sendiri yang kebetulan sebagai sopir pribadi keluarga mereka. Di perjalanan sebelum ke sekolah, beberapa kali
Pamannya menanyakan kesediaan pada Kesha untuk berhenti di depan rumah Juna untuk sekedar memberikan
tumpangan pada teman sekelasnya tersebut.
Karena orang tua Juna kebetulan tidak punya mobil untuk mengantar Juna kesekolah.
Dan untuk kesekolah setiap hari Juna harus menunggu Bis di Halte depan Bank di kota tersebut.
Jadwal Bis kesekolah hanya ada 2 kali dalam sehari. Ini karena lokasi sekolah yang berada di kota lain
yang berdekatan dengan kota tempat mereka tinggal.
“Tidak usah berhenti ambil jalur lain saja, nanti saya bisa telat kesekolah !” kata Kesha.
Pamannya sendiri tidak mengerti kenapa Kesha begitu keras kepala dan tidak mau walau hanya
memberi tumpangan pada teman sekolahnya tersebut, padahal kadang mereka cukup akur dan sering belajar bersama.
Kesha sendiri sering merasa berdosa namun kadang keegoannya mengalahkan sikap kasiannya pada Juna.
Setiap hari kalau kebetulan telat kesekolah Juna harus mengejar jadwal kereta yang berhenti di pinggiran kota tersebut
dan harus berjalan kaki sekitar 20 menit kesekolah. Dengan ketatnya peraturan sekolah di Hokkaido-,
Juna terkadang harus mengerjakan beberapa tugas yang di berikan kalau kebetulan dia harus terlambat masuk pada jam pertama.
Jum’at pagi itu Juna kembali terlambat dan harus membersihkan Kelas sendirian diakhir sekolah.
Entah mengapa saat itu pula Kesha merasa iba dengan teman yang tinggal sekota dengannya tersebut dan
berjanji dalam hatinya mulai senin minggu depan, dia akan menjemput Juna untuk sama-sama kesekolah.
Kasus Flu burung yang melanda Jepang pada tahun 2004 membuat perusahaan peternakan ayah Kasha harus gulung tikar
dan membuat keluarga mereka jatuh miskin, bahkan mobil yang biasa di gunakan untuk mengantar Kesha kesekolah harus di jual.
Ini membuat Kesha sedikit shok karena dia harus menunggu Bis kesekolah.
Ditambah keinginannya untuk menjemput Juna tidak bisa terlaksana.
Dan pagi itu, karena tidak terlalu tahu dengan jadwal Bis,
Kesha terlambat untuk naik Bis kesekolah, dan sialnya lagi jadwal kereta pun tak terkejar.
Hari itu Kesha harus terlambat untuk mengikuti jam pertama dan kedua,
yang pada jam kedua adalah jam ulangan untuk mata pelajaran tersebut.
Kesha harus melakukan pembersihan perpustakaan sekolah dan harus pula mengerjakan tugas lain karena tidak mengikuti ulangan.
Penyesalan pun mengalir kuat pada Kesha karena dia belum sempat memberikan walau hanya tempat duduk disebelahnya pada Juna.
Moral :
Kadang memang keegoan mengenggam erat hati kita saat kita merasa memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain.
Dan tidak jarang kita terlambat menyadari dan akhirnya terlambat untuk bisa berbagi pada orang lain.
Kadang kita baru mau berbagi ketika kita tidak memiliki sesuatu untuk berbagi.
Kita tidak akan merasa rugi atau kehilangan sesuatu jika kita mau berbagi pada oarng lain,
karena hakekatnya sesuatu yang kita miliki adalah pinjaman yang sewaktu-waktu dapat saja
Sang pemilik segala sesuatu mengambilnya kembali tanpa sepengetahuan kita.
Semoga mulai hari ini kita bisa saling berbagi.
Kesha yang hidup dengan ekonomi yang serba cukup baru saja ke kesekolah dengan diantar oleh pamannya
sendiri yang kebetulan sebagai sopir pribadi keluarga mereka. Di perjalanan sebelum ke sekolah, beberapa kali
Pamannya menanyakan kesediaan pada Kesha untuk berhenti di depan rumah Juna untuk sekedar memberikan
tumpangan pada teman sekelasnya tersebut.
Karena orang tua Juna kebetulan tidak punya mobil untuk mengantar Juna kesekolah.
Dan untuk kesekolah setiap hari Juna harus menunggu Bis di Halte depan Bank di kota tersebut.
Jadwal Bis kesekolah hanya ada 2 kali dalam sehari. Ini karena lokasi sekolah yang berada di kota lain
yang berdekatan dengan kota tempat mereka tinggal.
“Tidak usah berhenti ambil jalur lain saja, nanti saya bisa telat kesekolah !” kata Kesha.
Pamannya sendiri tidak mengerti kenapa Kesha begitu keras kepala dan tidak mau walau hanya
memberi tumpangan pada teman sekolahnya tersebut, padahal kadang mereka cukup akur dan sering belajar bersama.
Kesha sendiri sering merasa berdosa namun kadang keegoannya mengalahkan sikap kasiannya pada Juna.
Setiap hari kalau kebetulan telat kesekolah Juna harus mengejar jadwal kereta yang berhenti di pinggiran kota tersebut
dan harus berjalan kaki sekitar 20 menit kesekolah. Dengan ketatnya peraturan sekolah di Hokkaido-,
Juna terkadang harus mengerjakan beberapa tugas yang di berikan kalau kebetulan dia harus terlambat masuk pada jam pertama.
Jum’at pagi itu Juna kembali terlambat dan harus membersihkan Kelas sendirian diakhir sekolah.
Entah mengapa saat itu pula Kesha merasa iba dengan teman yang tinggal sekota dengannya tersebut dan
berjanji dalam hatinya mulai senin minggu depan, dia akan menjemput Juna untuk sama-sama kesekolah.
Kasus Flu burung yang melanda Jepang pada tahun 2004 membuat perusahaan peternakan ayah Kasha harus gulung tikar
dan membuat keluarga mereka jatuh miskin, bahkan mobil yang biasa di gunakan untuk mengantar Kesha kesekolah harus di jual.
Ini membuat Kesha sedikit shok karena dia harus menunggu Bis kesekolah.
Ditambah keinginannya untuk menjemput Juna tidak bisa terlaksana.
Dan pagi itu, karena tidak terlalu tahu dengan jadwal Bis,
Kesha terlambat untuk naik Bis kesekolah, dan sialnya lagi jadwal kereta pun tak terkejar.
Hari itu Kesha harus terlambat untuk mengikuti jam pertama dan kedua,
yang pada jam kedua adalah jam ulangan untuk mata pelajaran tersebut.
Kesha harus melakukan pembersihan perpustakaan sekolah dan harus pula mengerjakan tugas lain karena tidak mengikuti ulangan.
Penyesalan pun mengalir kuat pada Kesha karena dia belum sempat memberikan walau hanya tempat duduk disebelahnya pada Juna.
Moral :
Kadang memang keegoan mengenggam erat hati kita saat kita merasa memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain.
Dan tidak jarang kita terlambat menyadari dan akhirnya terlambat untuk bisa berbagi pada orang lain.
Kadang kita baru mau berbagi ketika kita tidak memiliki sesuatu untuk berbagi.
Kita tidak akan merasa rugi atau kehilangan sesuatu jika kita mau berbagi pada oarng lain,
karena hakekatnya sesuatu yang kita miliki adalah pinjaman yang sewaktu-waktu dapat saja
Sang pemilik segala sesuatu mengambilnya kembali tanpa sepengetahuan kita.
Semoga mulai hari ini kita bisa saling berbagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar