PROSA V
Aku akan melakukan segala
apa yang telah engkau ucapkan tadi
Dan aku akan menjadikan jiwaku
sebagai sebuah kelambu yang
menyelubungi jiwamu.
Hatiku akan menjadi
tempat tinggal keanggunanmu
serta dadaku akan menjadi
kubur bagi penderitaanmu.
Aku akan selalu mencintaimu
sebagaimana padang rumput
yang luas mencintai musim bunga.
Aku akan hidup di dalam dirimu laksana
bunga-bunga yang hidup oleh panas matahari.
Aku akan menyanyikan namamu seperti lembah
menyanyikan gema loceng di desa
Aku akan mendengar bahasa jiwamu seperti
pantai mendengarkan kisah-kisah gelombang.
Aku akan mengingatimu seperti perantau asing
yang mengenang tanah air tercintanya,
Sebagaimana orang lapar
mengingati pesta jamuan makan,
Seperti raja yang turun takhta
mengingati masa-masa kegemilangannya,
Dan seperti seorang tahanan mengingati
masa-masa kesenangan dan kebebasan.
Aku akan mengingatimu
sebagaimana seorang petani yang mengingati
bekas-bekas gandum di lantai tempat simpanannya,
juga seperti gembala mengingati padang rumput
yang luas dan sungai yang segar airnya."
(Dari Sayap Sayap Patah)
NASIHAT JIWAKU
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar
mencintai semua orang yang membenciku,
Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku.
Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku
bahawa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai,
tetapi juga orang yang dicintai.
Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga,
dekat satu sama lain. Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya
disekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir,
Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal.
Jiwaku menasihatiku dan mengajarku
agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna.
Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk
dengan tabah sampai nampaklah keelokannya.
Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku,
Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap;
tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang,
dan aku hanya melihat api yang membakar.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk
mendengar suara yang keluar bukan dari
lidah maupun dari tenggorokan.
Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan
jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia.
Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan,
Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman kezaman.
Menyanyikan nada langit,
dan menyingkap tabir rahsia keabadiaan..
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku
agar memuaskan kehausanku dengan
meminum anggur yang tak dituangkan
ke dalam cangkir - cangkir,
Yang belum terangkat oleh tangan,
dan tak tersentuh oleh bibir
Hingga hari itu kehausanku
seperti nyala redup yang terkubur dalam abu.
Tertiup angin dingin dari musim - musim bunga;
Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku,
Cinta menjadi anggurku,
dan kesendirian adalah kebahagianku.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku
mencari yang takdapat dilihat;
Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku
bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan.
Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk
menghirup harum tumbuhan yang tak memiliki akar,
tangkai maupun bunga, dan yang tak pernah dapat dilihat mata.
Sebelum jiwaku menasihati,
aku mencari bau harum dalam kebun - kebun,
Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa
Tapi sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar,
Aku mencium udara lebih harum dari semua
kebun - kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku
agar tidak merasa mulia kerana pujian
Dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian.
Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilaipekerjaanku;
Tapi sekarang aku belajar; Bahawa pohon berbunga di musim bunga,
dan berbuahdi musim panas Dan menggugurkan daun-daunnya
di musim gugur untukmenjadi benar-benar telanjang di musim dingin.
Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.
Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku
Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol
ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa.
Sebelumnya aku melihat manusia ada dua,
Seorang yang lemah yang aku caci atau ku kasihani,
Dan seorang yang kuat yang kuikuti,
maupun yang kulawan dalam pemberontakan.
Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan
dibentuk oleh tanah yang sama
darimana semua manusia diciptakan.
Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka,
dan pengembaraan mereka adalah juga milikku.
Bila mereka melanggar aku juga pelanggar,
Dan bila mereka berbuat baik,
maka aku juga bersama perbuatan baik mereka.
Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka;
Bila mereka tinggal di belakang,
aku juga menemani mereka.
Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat
bahawa cahaya yang kubawa bukanlah cahayaku,
Bahawa laguku tidak diciptakan dalam diriku;
Kerana meski aku berjalan dengan cahaya,
aku bukanlah cahaya,
Dan meskipun aku bermain kecapi
yang diikat kemas oleh dawai - dawaiku,
Aku bukanlah pemain kecapi.
Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku
untuk mengukur waktu dengan perkataan ini:
"Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok".
Pada saat itu aku menganggap masa lampau
sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan,
Dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai ".
Tapi kini aku terdidik perkara ini :
Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat,
serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat.
Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku.
Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu.
Kerana engkau seperti diriku, dan tak ada beza diantara kita.
Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini
dalam kata-kata yang kudengar dalam heningku,
Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu,
dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya
seperti yang kukatakan ini.
DUA KEINGINAN
Di keheningan malam, Sang Maut turun dari hadirat Tuhan
menuju ke bumi. Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota
dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya.
Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka,
dan orang-orang yang terlena didalam kekuasaan sang lelap.
Ketika rembulan tersungkur kaki langit,
dan kota itu berubahwarna menjadi hitam legam,
Sang Maut berjalan dengan langkah tenang ditengah pemukiman --
berhati - hati tidak menyentuh apapun -- sampai tiba disebuah istana.
Dia masuk dan tak seorang pun kuasa menghalangi.
Dia tegak disisi sebuah ranjang dan menyentuh pelupuk matanya,
dan orang yang tidur itu bangun dengan ketakutan.
Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara ketakutan,
"Menyingkirlah kau dariku, mimpi yang mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat!
Siapakah engkau ini? Dan bagaimana mungkin kau masuk istana ini?
Apa yang kauinginkan? Minggatlah, karena akulah empunya rumah ini.
Enyahlah kamu, kalau tidak, kupanggil para budak
dan para pengawal untuk mencincangmu menjadi kepingan!"
Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan,
"Akulah kematian, berdiri dan membungkuklah kepadaku."
Dan si kaya berkuasa itu bertanya, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang,
dan benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika pekerjaanku belum selesai?
Apa yang kau inginkan dari orang kuat seperti aku?
Aku akan melakukan segala
apa yang telah engkau ucapkan tadi
Dan aku akan menjadikan jiwaku
sebagai sebuah kelambu yang
menyelubungi jiwamu.
Hatiku akan menjadi
tempat tinggal keanggunanmu
serta dadaku akan menjadi
kubur bagi penderitaanmu.
Aku akan selalu mencintaimu
sebagaimana padang rumput
yang luas mencintai musim bunga.
Aku akan hidup di dalam dirimu laksana
bunga-bunga yang hidup oleh panas matahari.
Aku akan menyanyikan namamu seperti lembah
menyanyikan gema loceng di desa
Aku akan mendengar bahasa jiwamu seperti
pantai mendengarkan kisah-kisah gelombang.
Aku akan mengingatimu seperti perantau asing
yang mengenang tanah air tercintanya,
Sebagaimana orang lapar
mengingati pesta jamuan makan,
Seperti raja yang turun takhta
mengingati masa-masa kegemilangannya,
Dan seperti seorang tahanan mengingati
masa-masa kesenangan dan kebebasan.
Aku akan mengingatimu
sebagaimana seorang petani yang mengingati
bekas-bekas gandum di lantai tempat simpanannya,
juga seperti gembala mengingati padang rumput
yang luas dan sungai yang segar airnya."
(Dari Sayap Sayap Patah)
NASIHAT JIWAKU
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar
mencintai semua orang yang membenciku,
Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku.
Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku
bahawa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai,
tetapi juga orang yang dicintai.
Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga,
dekat satu sama lain. Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya
disekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir,
Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal.
Jiwaku menasihatiku dan mengajarku
agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna.
Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk
dengan tabah sampai nampaklah keelokannya.
Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku,
Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap;
tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang,
dan aku hanya melihat api yang membakar.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk
mendengar suara yang keluar bukan dari
lidah maupun dari tenggorokan.
Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan
jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia.
Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan,
Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman kezaman.
Menyanyikan nada langit,
dan menyingkap tabir rahsia keabadiaan..
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku
agar memuaskan kehausanku dengan
meminum anggur yang tak dituangkan
ke dalam cangkir - cangkir,
Yang belum terangkat oleh tangan,
dan tak tersentuh oleh bibir
Hingga hari itu kehausanku
seperti nyala redup yang terkubur dalam abu.
Tertiup angin dingin dari musim - musim bunga;
Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku,
Cinta menjadi anggurku,
dan kesendirian adalah kebahagianku.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku
mencari yang takdapat dilihat;
Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku
bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan.
Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk
menghirup harum tumbuhan yang tak memiliki akar,
tangkai maupun bunga, dan yang tak pernah dapat dilihat mata.
Sebelum jiwaku menasihati,
aku mencari bau harum dalam kebun - kebun,
Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa
Tapi sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar,
Aku mencium udara lebih harum dari semua
kebun - kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku
agar tidak merasa mulia kerana pujian
Dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian.
Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilaipekerjaanku;
Tapi sekarang aku belajar; Bahawa pohon berbunga di musim bunga,
dan berbuahdi musim panas Dan menggugurkan daun-daunnya
di musim gugur untukmenjadi benar-benar telanjang di musim dingin.
Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.
Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku
Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol
ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa.
Sebelumnya aku melihat manusia ada dua,
Seorang yang lemah yang aku caci atau ku kasihani,
Dan seorang yang kuat yang kuikuti,
maupun yang kulawan dalam pemberontakan.
Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan
dibentuk oleh tanah yang sama
darimana semua manusia diciptakan.
Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka,
dan pengembaraan mereka adalah juga milikku.
Bila mereka melanggar aku juga pelanggar,
Dan bila mereka berbuat baik,
maka aku juga bersama perbuatan baik mereka.
Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka;
Bila mereka tinggal di belakang,
aku juga menemani mereka.
Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat
bahawa cahaya yang kubawa bukanlah cahayaku,
Bahawa laguku tidak diciptakan dalam diriku;
Kerana meski aku berjalan dengan cahaya,
aku bukanlah cahaya,
Dan meskipun aku bermain kecapi
yang diikat kemas oleh dawai - dawaiku,
Aku bukanlah pemain kecapi.
Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku
untuk mengukur waktu dengan perkataan ini:
"Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok".
Pada saat itu aku menganggap masa lampau
sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan,
Dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai ".
Tapi kini aku terdidik perkara ini :
Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat,
serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat.
Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku.
Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu.
Kerana engkau seperti diriku, dan tak ada beza diantara kita.
Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini
dalam kata-kata yang kudengar dalam heningku,
Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu,
dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya
seperti yang kukatakan ini.
DUA KEINGINAN
Di keheningan malam, Sang Maut turun dari hadirat Tuhan
menuju ke bumi. Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota
dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya.
Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka,
dan orang-orang yang terlena didalam kekuasaan sang lelap.
Ketika rembulan tersungkur kaki langit,
dan kota itu berubahwarna menjadi hitam legam,
Sang Maut berjalan dengan langkah tenang ditengah pemukiman --
berhati - hati tidak menyentuh apapun -- sampai tiba disebuah istana.
Dia masuk dan tak seorang pun kuasa menghalangi.
Dia tegak disisi sebuah ranjang dan menyentuh pelupuk matanya,
dan orang yang tidur itu bangun dengan ketakutan.
Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara ketakutan,
"Menyingkirlah kau dariku, mimpi yang mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat!
Siapakah engkau ini? Dan bagaimana mungkin kau masuk istana ini?
Apa yang kauinginkan? Minggatlah, karena akulah empunya rumah ini.
Enyahlah kamu, kalau tidak, kupanggil para budak
dan para pengawal untuk mencincangmu menjadi kepingan!"
Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan,
"Akulah kematian, berdiri dan membungkuklah kepadaku."
Dan si kaya berkuasa itu bertanya, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang,
dan benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika pekerjaanku belum selesai?
Apa yang kau inginkan dari orang kuat seperti aku?
Pergilah sana, carilah orang-orang yang lemah,
dan ambillah dia! Aku ngeri oleh taring-taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis,
dan mataku bergetar menatap sayap-sayapmu yang menjijikan dan tubuhmu yang memuakkan."
Setelah diam beberapa saat dan tersadar dari ketakutannya, ia menambahkan,
"Tidak, tidak, Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telahku katakan,
karena rasa takut membuat diriku mengucapkan kata -kata yang sesungguhnya terlarang.
Maka ambillah emasku seperlunya atau nyawa salah seorang dari budak, dan tinggalkanlah diriku...
Aku masih memperhitungkan kehidupan yang masih belum terpenuhi dan kekayaan pada
orang-orang yang belum terkuasai. Diatas laut aku memiliki kapal yang belum kembali kepelabuhan,
dan pada hasil bumi yang belum tersimpan.
Ambillah olehmu barang yang kauinginkan dan tinggalkanlah daku.
Aku punya selir, cantik bagai pagihari, untuk kau pilih, Kematian.
Dengarlah lagi : Aku punya seorang putra tunggal yang ku sayangi, dialah biji mataku.
Ambillah dia juga, tapi tinggalkan diriku sendirian."
Sang Maut itu menggeram, engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak tahu diri.
Kemudian Maut mengambil tangan orang itu, mencabut kehidupannya, dan memberikannya
kepada para malaikat dilangit untuk memeriksanya.
Dan maut berjalan perlahan di antara orang-orang miskin
hingga ia mencapai rumah paling kumuh yang ia temukan.
Ia masuk danmendekati ranjang dimana tidur seorang pemuda
dengan kelelapan yang damai. Maut menyentuh matanya,
anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri disampingnya
,ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, "Aku disini, wahai Sang Maut yang cantik.
Sambutlah ruhku, impianku yang mengejawantah dan hakikat harapanku.
Peluklah diriku, kekasih jiwaku, karena kau sangat penyayang dan takkan meninggalkan diriku di sini.
Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran. Jangan tinggalkan daku."
"Aku telah memanggilmu berulang kali, namun kau tak mendengarkan.Tapi kini kau telah mendengarku,
karena itu jangan kecewakan cintaku dengan peng-elakan diri. Peluklah ruhku, Sang Maut terkasih."
Kemudian Sang Maut meletakkan jari - jari lembutnya keatas bibir yang bergetar itu, mencabut nyawanya,
dan menaruhnya dibawah sayap - sayapnya.
Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang --kedunia--dan dalam bisikan ia berkata,
"Hanya mereka yang didunia mencari Keabadian-lah yang sampai ke Keabadian itu."
MIMPI
Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya diwajah bumi,
aku bangun dan berjalan ke laut, " Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaan
yaitu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.",
Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab
yang menghiasi wajah seorang gadis.Aku meliha tombak yang berdeburan.
Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan dan bermeditasi diatas kekuatan abadi yang tersembunyi
di dalam ombak-ombak itu-kekuatan yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir
sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.
Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk diatas sebongkah batu.
Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarik kutanpa aku dapat melawannya.
Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itus eakan-akan ada tenaga magis yang menahanku.
Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
"Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah.
Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa biji. Hidup,
cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah."
Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,
" Hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya.
Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus.
Hidup,perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah."
Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar :
"Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa,dan kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan.
Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna."
Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata
dengan suara yang menggerunkan sekali:
Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.
Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak
dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu.
Ketika aku membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu,
hanya laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun
kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga.
GURU
Barangsiapa mahu menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain, dan biarkan dia mengajar
dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.
Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan
memperbetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan memperbetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.
CINTA III
Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat
dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang disitu tentang misteri dan kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri,tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah,
aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri.
Dengan suara bagai menyanyi dia berkata,
"Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku,
yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi
masa lalu dan generasi yang akan datang.
Seorang wanita dengan wajah melankolis
menghampiri dan sambil mendesah, dia berkata,
Cinta adalah racun pembunuh,
ular hitam berbisa yang menderita dineraka,
terbang melayang dan berputar-putar
menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun,
ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus.
Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat,
diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya.
Seorang gadis dengan pipi kemerahan
menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata,
" Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin
sebagai siraman kedalam roh orang-orang yg kuat ?
membuat mereka bangkit dalam doa diantara bintang-bintang
di malam hari dan senandung pujian?
di depan matahari disiang hari.
Setelah itu seorang lelaki menghampiri.Bajunya hitam,
janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata,
" Cinta adalah ketidak pedulian yang buta. Ia bermula
dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.
Seorang lelaki tampan dengan wajah
bersinar dan dengan bahagia berkata,
Cinta adalah pengetahuan syurgawi
yang menyalakan mata kita.
Ia menunjukkan segala sesuatu
kepada kita seperti para dewa melihatnya.
Seorang bermata buta menghampiri,
sambil mengetuk - ngetuk kan tongkatnya ketanah dan
dia kemudian berkata sambil menangis, Cinta adalah kabus tebal
yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya
hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang,
tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema dilembah-lembah.
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi,
Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka
dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya.Engkau bisa melihat dunia bagai
sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan kesedaran.
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai
potongan-potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata,
" Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam,
kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian.?
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata,
" Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta."
Waktu terus berjalan. Manusia terus - menerus melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta.
Semua menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri - misteri kehidupannya.
SUARA PENYAIR
Berkah amal soleh tumbuh subur dalam ladang hatiku.
Aku akan menuai gandum dan membahagikannya pada mereka yang lapar.
Jiwaku menyuburkan ladang anggur yang kuperas buahnya dan
kuberikan sarinya pada mereka yang kehausan.
Syurga telah mengisi pelitaku dengan minyaknya dan akan
kuletakkan di jendela.
Agar musafir berkelana di gelap malam menemui jalannya.
Kulakukan semua itu kerana mereka adalah diriku.
Andaikan nasib membelenggu tanganku dan aku tak bisa lagi
menuruti hati nuraniku, maka yang tertinggal
dalam hasratku hanyalah: Mati!
Aku seorang penyair, apabila aku tak bisa memberi,
akupun tak mau menerima apa - apa.
SURAT DARI KEKASIH
Untukmu yang selalu Kucintai,
Saat kau bangun di pagi hari,
Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu,
bercerita, meminta pendapat Ku,
mengucapkan sesuatu untuk Ku walaupun hanya sepatah kata.
Atau berterima kasih kepada Ku atas sesuatu hal yang indah yang terjadi
dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau waktu yang lalu....
Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja...
Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu.
Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap,
Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu,
tetapi engkau terlalu sibuk...
Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun.
Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu.
Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau berlari ke telefon
dan menelefon seorang teman untuk sekadar berbual-bual.
Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan
Aku menanti dengan sabar sepanjang hari.
Namun dengan semua kegiatanmu
Aku berfikir engkau terlalu sibuk
untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu.
Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling,
mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepada Ku,
itulah sebabnya mengapa engkau tidak sedikitpun menyapa Ku.
Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut nama Ku
dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan,
tetapi engkau tidak melakukannya.....
Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan
Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu,
meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya
seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV,
Aku tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak,
hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu
setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya
menikmati siaran yang ditampilkan,
hingga waktu- waktu untukKu dilupakan.
Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati makananmu
tetapi kembali engkau lupa menyebut nama Ku dan
berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan.
Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu,
kau melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa
sepatahpun namaKu kau sebut.
Tidak mengapa kerana mungkin engkau masih belum
menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu.
Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari.
Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain.
Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata darimu,
ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba.
Baiklah.....
engkau bangun kembali dan kembali Aku menanti dengan penuh kasih
bahawa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu...
Tapi yang Kutunggu ... ah tak juga kau menyapaKu.
Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh lagi kau masih tidak mempedulikan Aku.
Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa,
tak ada pula harapan dan keinginan untuk sujud kepada KU....
Apakah salahKu padamu ...? Rezeki yang Kulimpahkan, kesihatan yang Kuberikan,
Harta yang Kurelakan, makanan yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan,
kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKu ???
Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKu,
memohon perlindunganKu, bersujud menghadapKu ...
Kembali kepadaKu....
Yang selalu bersamamu setiap saat, Tuhanmu....
dan ambillah dia! Aku ngeri oleh taring-taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis,
dan mataku bergetar menatap sayap-sayapmu yang menjijikan dan tubuhmu yang memuakkan."
Setelah diam beberapa saat dan tersadar dari ketakutannya, ia menambahkan,
"Tidak, tidak, Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telahku katakan,
karena rasa takut membuat diriku mengucapkan kata -kata yang sesungguhnya terlarang.
Maka ambillah emasku seperlunya atau nyawa salah seorang dari budak, dan tinggalkanlah diriku...
Aku masih memperhitungkan kehidupan yang masih belum terpenuhi dan kekayaan pada
orang-orang yang belum terkuasai. Diatas laut aku memiliki kapal yang belum kembali kepelabuhan,
dan pada hasil bumi yang belum tersimpan.
Ambillah olehmu barang yang kauinginkan dan tinggalkanlah daku.
Aku punya selir, cantik bagai pagihari, untuk kau pilih, Kematian.
Dengarlah lagi : Aku punya seorang putra tunggal yang ku sayangi, dialah biji mataku.
Ambillah dia juga, tapi tinggalkan diriku sendirian."
Sang Maut itu menggeram, engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak tahu diri.
Kemudian Maut mengambil tangan orang itu, mencabut kehidupannya, dan memberikannya
kepada para malaikat dilangit untuk memeriksanya.
Dan maut berjalan perlahan di antara orang-orang miskin
hingga ia mencapai rumah paling kumuh yang ia temukan.
Ia masuk danmendekati ranjang dimana tidur seorang pemuda
dengan kelelapan yang damai. Maut menyentuh matanya,
anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri disampingnya
,ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, "Aku disini, wahai Sang Maut yang cantik.
Sambutlah ruhku, impianku yang mengejawantah dan hakikat harapanku.
Peluklah diriku, kekasih jiwaku, karena kau sangat penyayang dan takkan meninggalkan diriku di sini.
Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran. Jangan tinggalkan daku."
"Aku telah memanggilmu berulang kali, namun kau tak mendengarkan.Tapi kini kau telah mendengarku,
karena itu jangan kecewakan cintaku dengan peng-elakan diri. Peluklah ruhku, Sang Maut terkasih."
Kemudian Sang Maut meletakkan jari - jari lembutnya keatas bibir yang bergetar itu, mencabut nyawanya,
dan menaruhnya dibawah sayap - sayapnya.
Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang --kedunia--dan dalam bisikan ia berkata,
"Hanya mereka yang didunia mencari Keabadian-lah yang sampai ke Keabadian itu."
MIMPI
Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya diwajah bumi,
aku bangun dan berjalan ke laut, " Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaan
yaitu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.",
Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab
yang menghiasi wajah seorang gadis.Aku meliha tombak yang berdeburan.
Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan dan bermeditasi diatas kekuatan abadi yang tersembunyi
di dalam ombak-ombak itu-kekuatan yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir
sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.
Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk diatas sebongkah batu.
Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarik kutanpa aku dapat melawannya.
Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itus eakan-akan ada tenaga magis yang menahanku.
Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
"Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah.
Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa biji. Hidup,
cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah."
Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,
" Hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya.
Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus.
Hidup,perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah."
Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar :
"Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa,dan kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan.
Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna."
Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata
dengan suara yang menggerunkan sekali:
Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.
Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak
dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu.
Ketika aku membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu,
hanya laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun
kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga.
GURU
Barangsiapa mahu menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain, dan biarkan dia mengajar
dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.
Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan
memperbetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan memperbetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.
CINTA III
Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat
dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang disitu tentang misteri dan kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri,tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah,
aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri.
Dengan suara bagai menyanyi dia berkata,
"Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku,
yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi
masa lalu dan generasi yang akan datang.
Seorang wanita dengan wajah melankolis
menghampiri dan sambil mendesah, dia berkata,
Cinta adalah racun pembunuh,
ular hitam berbisa yang menderita dineraka,
terbang melayang dan berputar-putar
menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun,
ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus.
Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat,
diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya.
Seorang gadis dengan pipi kemerahan
menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata,
" Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin
sebagai siraman kedalam roh orang-orang yg kuat ?
membuat mereka bangkit dalam doa diantara bintang-bintang
di malam hari dan senandung pujian?
di depan matahari disiang hari.
Setelah itu seorang lelaki menghampiri.Bajunya hitam,
janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata,
" Cinta adalah ketidak pedulian yang buta. Ia bermula
dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.
Seorang lelaki tampan dengan wajah
bersinar dan dengan bahagia berkata,
Cinta adalah pengetahuan syurgawi
yang menyalakan mata kita.
Ia menunjukkan segala sesuatu
kepada kita seperti para dewa melihatnya.
Seorang bermata buta menghampiri,
sambil mengetuk - ngetuk kan tongkatnya ketanah dan
dia kemudian berkata sambil menangis, Cinta adalah kabus tebal
yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya
hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang,
tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema dilembah-lembah.
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi,
Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka
dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya.Engkau bisa melihat dunia bagai
sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan kesedaran.
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai
potongan-potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata,
" Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam,
kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian.?
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata,
" Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta."
Waktu terus berjalan. Manusia terus - menerus melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta.
Semua menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri - misteri kehidupannya.
SUARA PENYAIR
Berkah amal soleh tumbuh subur dalam ladang hatiku.
Aku akan menuai gandum dan membahagikannya pada mereka yang lapar.
Jiwaku menyuburkan ladang anggur yang kuperas buahnya dan
kuberikan sarinya pada mereka yang kehausan.
Syurga telah mengisi pelitaku dengan minyaknya dan akan
kuletakkan di jendela.
Agar musafir berkelana di gelap malam menemui jalannya.
Kulakukan semua itu kerana mereka adalah diriku.
Andaikan nasib membelenggu tanganku dan aku tak bisa lagi
menuruti hati nuraniku, maka yang tertinggal
dalam hasratku hanyalah: Mati!
Aku seorang penyair, apabila aku tak bisa memberi,
akupun tak mau menerima apa - apa.
SURAT DARI KEKASIH
Untukmu yang selalu Kucintai,
Saat kau bangun di pagi hari,
Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu,
bercerita, meminta pendapat Ku,
mengucapkan sesuatu untuk Ku walaupun hanya sepatah kata.
Atau berterima kasih kepada Ku atas sesuatu hal yang indah yang terjadi
dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau waktu yang lalu....
Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja...
Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu.
Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap,
Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu,
tetapi engkau terlalu sibuk...
Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun.
Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu.
Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau berlari ke telefon
dan menelefon seorang teman untuk sekadar berbual-bual.
Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan
Aku menanti dengan sabar sepanjang hari.
Namun dengan semua kegiatanmu
Aku berfikir engkau terlalu sibuk
untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu.
Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling,
mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepada Ku,
itulah sebabnya mengapa engkau tidak sedikitpun menyapa Ku.
Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut nama Ku
dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan,
tetapi engkau tidak melakukannya.....
Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan
Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu,
meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya
seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV,
Aku tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak,
hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu
setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya
menikmati siaran yang ditampilkan,
hingga waktu- waktu untukKu dilupakan.
Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati makananmu
tetapi kembali engkau lupa menyebut nama Ku dan
berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan.
Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu,
kau melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa
sepatahpun namaKu kau sebut.
Tidak mengapa kerana mungkin engkau masih belum
menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu.
Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari.
Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain.
Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata darimu,
ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba.
Baiklah.....
engkau bangun kembali dan kembali Aku menanti dengan penuh kasih
bahawa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu...
Tapi yang Kutunggu ... ah tak juga kau menyapaKu.
Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh lagi kau masih tidak mempedulikan Aku.
Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa,
tak ada pula harapan dan keinginan untuk sujud kepada KU....
Apakah salahKu padamu ...? Rezeki yang Kulimpahkan, kesihatan yang Kuberikan,
Harta yang Kurelakan, makanan yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan,
kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKu ???
Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKu,
memohon perlindunganKu, bersujud menghadapKu ...
Kembali kepadaKu....
Yang selalu bersamamu setiap saat, Tuhanmu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar