Selasa, 28 Desember 2010

Khalil Gibran (1833 - 1931)

PROSA (VI)


Bersyukurlah pada kehidupan yang telah menganugerahimu rasa haus.
Hatimu akan menjadi seperti tepian pantai dari sebuah samudera yang
tak memiliki gelombang. Tak menyimpan gemuruh dan tak mengerami pasang
surut bila engkau tak memiliki rasa haus.
Teguklah isi pialamu sendiri sambil memekik gembira.

Junjunglah pialamu diatas kepala mu lalu teguklah kuat
demi mereka yang meminumnya dalam kesendirian.
AKu pernah sekali mencari gerombolan manusia
yang kemudian duduk rapi mengelilingi meja jamuan
sebuah pesta kemudian minum dengan sepuas - puasnya.
Namun mereka tidak mengangkat anggurnya diatas kepalaku,
tidak pula meresapkannya kedalam dadaku.

Mereka hanya membasahi kakiku....
kebijakan kumasih kerontang. Hatiku terkunci dan terpatri.
Cuma sepasang kakikulah yang bergomol dengan
mereka diantara selubung kabut yang suram.
Aku tidak lagi mau mencari kumpulan manusia atau pula
meneguk anggur bersama mereka dalam meja jamuan pesta mereka.

Apa yang engkau rasakan jika kututurkan padamu
semua itu jika waktu begitu garang menghentaki jantungmu?
Akan sangat baik bagimu bila engkau meneguk piala rengsamu
seorang diri dan piala bahagianmu seorang diri pula...




7 ALASAN MENCELA DIRI


Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku,
pertama kali ketika aku melihatnya lemah,
padahal seharusnya ia bisa kuat.
Kedua kali ketika melihatnya berjalan
terjongket - jongket dihadapan orang yang lumpuh.

Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan
yang sulit dan mudah ia memilih yang mudah
Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan
dan coba menghibur diri dengan mengatakan
bahawa semua orang juga melakukan kesalahan.

Kelima kali, ia menghindar kerana takut,
lalu mengatakannya sebagai sabar
Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk
padahal ia tahu, bahwa wajah itu adalah salah satu topeng
yang sering ia pakai Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian
dan menganggap itu sebagai suatu yang bermanfaat.




IBU


Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir manusia.
Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian,
manis dan syahdu yangmemancar dari kedalaman jiwa.

Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dikala lara,
impian kita dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.
Siapapun yang kehilangan ibunya,
ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.

Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu.
Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai
malam merebahkannya dalam lentera ombak,
syahdu tembang beburungan dan sesungaian.

Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan.
Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya.
Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus
memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.




KASIH SAYANG DAN PERSAMAAN


Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui,
bahawa Kemiskinan yang membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan
pengetahuan tentang Keadilan dan pengertian tentang Kehidupan,
maka engkau pasti berpuas hati dengan nasibmu.

Kusebut pengetahuan tentang Keadilan :
Kerana orang kaya terlalu sibuk mengumpul harta utk mencari pengetahuan.
Dan kusebut pengertian tentangKehidupan :
Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan keagungan
bagi menempuh jalan kebenaran.

Bergembiralah, sahabatku yang papa,
kerana engkau merupakan penyambung lidah
Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan.
Tenanglah, kerana engkau merupakan sumber
kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu,
dan tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu.

Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa,
bahawa malang yang menimpamu dalam hidup
merupakan kekuatan yang menerangi hatimu,
dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan
ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan merasa
berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan
memandangnya sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.

Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak
mata rantai yang berlainan.
Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara
penyerahan terhadap masa kini dan harapan?
masa depan. Antara tidur dan jaga, diluar fajar merekah.

Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api keagungan jiwa,
sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya.
Duka melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka.

Bila Duka dan kemelaratan dihilangkan,
jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong,
hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.
Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia.
Tidak dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan.
Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya.

Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu,
dan hanya mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata.?
Orang-orang papa yang kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya
dari ladang merupakan waktu yang paling mesra bagi keluarga,
sebagai lambang kebahagiaan bagi takdir angkatan yang akan datang.
Tapi hidup orang yang senang bermewah-mewahan dan mengumpul emas,
pada hakikatnya seperti hidup cacing didalam kuburan. Itu menandakan ketakutan.

Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa,
lebih murni dari pada tawa ria orang yang ingin melupakannya,
dan lebih manis dari pada ejekan seorang pencemooh.
Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci,
dan mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.

Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti,
akan kembali pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam.
Dan duka cita yang kau sandang, akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga.
Dan angkatan mendatangakan mempelajari
Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran tentang Kasih Sayang danPersamaan.




BANGSA - CERMIN DIRI


Manusia terbagi dalam bangsa,
negara dan segala perbatasan.
Tanah airku adalah alam semesta.
Aku warga negara dunia kemanusiaan....

Kata-kata tidak mengenal waktu.
Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya
dengan menyadari akan keabadiannya.

Ketika aku berdiri bagaikan
sebuah cermin jernih di hadapanmu,
kamu memandang kedalam diriku dan
melihat bayanganmu.
kemudian kamu berkata, "Aku cinta kamu."
Tetapi sebenarnya, kamu mencintai
dirimu dalam diriku.




PANDANGAN PERTAMA


Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesedarannya,
itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah - wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai - dawai perak hati manusia.

Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari - hari
yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan malam,
menjadikan mata jernih melihat kenikmatan didunia dan
menjadikan misteri - misteri keabadian didunia ini hadir.
Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi cinta, dari suatu tempat yang tinggi.

Mata mereka menaburkan benih didalam ladang hati, perasaan memeliharanya,
dan jiwa membawanya kepada buah - buahan.
Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak dipermukaan
air mengalir menuju syurga dan bumi.
Pandangan pertama dari sahabat kehidupan menggemakan kata - kata Tuhan,
Jadilah, maka terjadilah ia.




CIUMAN PERTAMA


Itulah tegukan pertama dari cawan yang
telah diisi oleh para dewa dari air pancuran cinta.
Itulah batas antara kebimbangan yang menghiburkan
dan menyedihkan hati dengan takdir yang
mengisinya dengan kebahagiaan.

Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan,
bab pertama dari suatu novel tentang manusia.
Itulah tali yang menghubungkan pengasingan masa lalu
dengan kejayaan masa depan.

Ciuman pertama menyatukan keheningan perasaan - perasaan
dengan nyanyian - nyanyiannya. Itulah satu kata yang diucapkan oleh
sepasang bibir yang menyatukan hati sebagai singgahsana,
cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai mahkota.

Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari - jemari
angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas
kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih.

Itulah permulaan getaran - getaran yang memisahkan kekasih dari dunia
ruang dan matra dan membawa mereka kepada ilham dan impian-impian.
Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga buah delima,
menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga.

Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang
ditaburkan para dewa di ladang hati manusia,
maka ciuman pertama mengungkapkan bunga pertama yang mekar
pada ranting pohon cabang pertama kehidupan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar