Selasa, 28 Desember 2010

Khalil Gibran (1833 - 1931)


LAGU OMBAK




Pantai yang perkasa adalah kekasihku,
Dan aku adalah kekasihnya,
Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta,
Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya.

Kupergi padanya dengan cepat
Lalu berpisah dengan berat hati.
Membisikkan selamat tinggal berulang kali.

Aku segera bergerak diam-diam
Dari balik kebiruan cakerawala
Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku
Ke pangkuan keemasan pasirnya
Dan kami berpadu dalam adunan terindah.

Aku lepaskan kehausannya
Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya
Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora didada.
Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cinta
di telinganya, dan dia memelukku penuh damba
Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan
Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang
Gerakku pantas diwarnai kebimbangan
Sedangkan dia tetap sabar dan tenang.

Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan
Kala air pasang kami saling memeluk
Kala surut aku berlutut menjamah kakinya
Memanjatkan doa Seribu sayang,
aku selalu berjagasendiri Menyusut kekuatanku.

Tetapi aku pemuja cinta, Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa,
Mungkin kelelahan akan menimpaku, Namun tiada aku bakal binasa.







DARI PETIKAN SANG NABI (The Prophet)
PERENGGAN




Seorang ahli hukum menyusul bertanya,
Dan bagaimana tentang undang - undang kita?
Dijawabnya: Kalian senang meletakkan perundangan,
namun lebih senang lagi melakukan perlanggaran,
Bagaikan kanak-kanak yang asyik bermain ditepi pantai,
yang penuh kesungguhan menyusun pasir jadi menara,
kemudian menghancurkannya sendiri, sambil gelak tertawa ria.

Tapi, selama kau sedang sibuk menyusun menara pasirmu,
sang laut menghantarkan lebih banyak lagi pasir ketepi,
Dan pada ketika kau menghancurkan menara buatanmu,
sang laut pun turut tertawa bersamamu.
Sesungguhnya, samudera sentiasa ikut tertawa,
bersama mereka yang tanpa dosa.

Tapi bagaimanakah mereka, yang menganggap
kehidupan bukan sebagai samudera,
dan melihat undang - undang buatannya sendiri,
bukan ibarat menara pasir?
Merekalah yang memandang kehidupan,
laksana sebungkal batu karang,
dan undang-undang menjadi pahatnya,
untuk memberinya bentuk ukiran,
menurut selera manusia, sesuai hasrat kemahuan.

Bagaimana dia, si tempang yang membenci para penari?
Bagaimana pula kerbau yang menyukai bebannya,
dam mencemuh kijang, menamakannya haiwan liar tiada guna?
Lalu betapa ular tua, yang tak dapat lagi menukar kulitnya,
dan kerana itu menyebut ular lain sebagai telanjang, tak kenal susila?

Ada lagi dia, yang pagi- pagi mendatangi pesta,
suatu keramaian perkahwinan,
kemudian setelah kenyang perutnya,
dengan badan keletihan, meninggalkan keramaian
dengan umpatan, menyatakan semua pesta sebagai suatu kesalahan,
dan semua terlibat melakukan kesalahan belaka.

Apalah yang kukatakan tentang mereka,
kecuali bahawa memang mereka berdiri dibawah sinar mentari,
namun berpaling wajah, dan punggung mereka membelakangi?
Mereka hanya melihat bayangannya sendiri,
dan bayangan itulah menjadi undang - undangnya.

Apakah erti sang suria bagi mereka,
selain sebuah pelempar bayangan?
Dan apakah kepatuhan hukum baginya,
selain terbongkok dan melata diatas tanah,
mencari dan menyelusuri bayangan sendiri?
Tapi kau, yang berjalan menghadapkan wajah kearah mentari,
bayangan apa di atas tanah, yang dapat menahanmu?

Kau yang mengembara di atas angin,
kincir mana yang mampu memerintahkan arah perjalananmu,
hukum mana yang mengikatmu, bila kau patahkan pikulanmu,
tanpa memukulnya pada pintu penjarao rang lain?
Hukum apa yang kau takuti, jikalau kau menari-nari,
tanpa kakimu tersadung belenggu orang lain?
Dan siapakah dia yang menuntutmu,
bila kau mencampakkan pakaianmu,
tanpa melemparkannya dijalan orang lain?
Rakyat Orphalese, kalian mungkin mampu memukul gendang,
dan kalian dapat melonggarkan tali kecapi,
namun katakan, siapakah yang dapat menghalangi,
burung pipit untuk menyanyi.
Seorang ahli pidato maju ke depan;
bertanyakan masalah kebebasan.

Dia mendapat jawapan; Telah kusaksikan,
di gerbang kota maupun dekat tungku perapian,
dikau bertekuk lutut memuja Sang Kebebasan.
Laksana hamba budak merendahkan diri didepan sang tuan,
si zalim yang disanjung puja, walaupun dia hendak menikam.
Ya, sampaipun direlung - relung candi, dan keteduhan pusat kota,
kulihat yang paling bebas pun diantara kalian,
mengendong kebebasannya laksana pikulan,
mengenakannya seperti besi pembelenggu tangan.

Hatiku menitikkan darah dalam dada, kerana kutahu,
bahawa kau hanya dapat bebas sepenuhnya,
pabila kau dapat menyedari, bahawa keinginan untuk kebebasanpun,
merupakan sebentuk belenggu jiwamu.
Hanya jikalau kau pada akhirnya, berhenti bicara tentang Kebebasan,
sebagai suatu tujuan dan sebuah hasil perbincangan,
maka kau akan bebas, bila hari-hari tiada kosong dari beban fikiran,
dan malam-malammu tiada sepi dari kekurangan dan kesedihan.

Bahkan justeru Kebebasanmu berada dalam
rangkuman beban hidup ini,
tetapi yang berhasil engkau atasi,
dan jaya kau tegakmenjulangtinggi, sempurna,
terlepas segala tali - temali.
Dan bagaimana kau kan bangkit, mengatasi hari dan malammu,
pabila kau tak mematahkan belenggu ikatan,
yang di pagi pengalamanmu, telah engkau kaitkan pada ketinggian tengah harimu?
Sesungguhnya lah, apa yang kau namai Kebebasan,
tak lain dari mata terkuat diantara mata rantai belenggumu,
walau kilaunya gemerlap cemerlang disinar suria,
serta menyilaukan pandang matamu.
Dan sedarkah engkau, apa yang akan kau lepaskan itu?

tiada lain adalah cebisan dari dirimu,
jikalau kau hendak mencapai kebebasan yang kau rindu.
Pabila yang akan kau buang itu, suatu hukum yang tak adil,
akuilah bahwa dia telah kau tulis dengan tanganmu sendiri,
serta kau pahatkan diatas permukaan keningmu.
Mustahil kau akan menghapusnya,
dengan hanya membakar kitab-kitab hukum mu,
tak mungkin pula dengan cara membasuh kening para hakimmu,
walau air seluruh lautan kau curah kan untuk itu.

Pabila seorang zalim yang hendak kau tumbangkan,
usahakanlah dahulu, agar kursi tahtanya yang kau tegakkan di hatimu,
kau cabut akarnya sebelum itu. Sebab bagaimanakah seorang zalim,
dapat memerintah orang bebas dan punya harga diri,
jika bukan engkau sendiri membiarkan nya,
menodai kebebasan yang kau junjung tinggi, mencorengkan arang pada
harkat martabat kemanusiaanmu peribadi?
Pabila suatu beban kesusahan yang hendak kau tanggalkan,
maka ingatlah bahwa beban itu telah pernah menjadi pilihanmu,
bukannya telah dipaksakan diatas pundakmu.

Bilamana ketakutan yang ingin kau hilangkan,
maka perasaan ngeri itu bersarang dihatimu,
bukannya berada pada dia yang kautakuti.
Sebenarnyalah, segalanya itu bergetar dalam diri,
dalam rangkulan setengah terkatup,
yang abadi antara yang kauinginkan dan yang kautakuti,
yang memuakkan dan yang kau sanjung puji,
yang kau kejar - kejar dan yang hendak kau tinggal pergi.

Kesemuanya itu hadir dalam dirimu selalu,
bagaikan Sinar dan Bayangan, dalam pasangan - pasangan,
yang lestari berpelukan. Dan pabila sang bayangan menjadi kabur,
melenyap hilang, maka sinar yang tinggal,
wujudlah bayangan baru, bagi sinar yang lain; demikianlah selalu.
Seperti itulah pekerti Kebebasan,
pabila ia kehilangan pengikatnya yang lama,
maka ia sendirilah menjadi pengikat baru,
bagi Kebebasan yang lebih agung, sentiasa.

Bila engkau sedang bersukaria renunglah
dalam-dalam ke lubuk hati disanalah nanti
engkau dapati bahwa hanya yang pernah
membuat derita berkemampuan memberimu bahagia
Jika engkau berdukacita renunanglah lagi,
ke lubuk hati disanalah pula bakal kau temui bahawa sesungguhnya
engkau sedang menangisi sesuatu yang pernah engkau syukuri.
Bila kau memberi dari hartamu, tidak banyaklah pemberian itu.
Bila kau memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh arti.
Sebab, apalah harta milikan itu, pabila ia bukan simpanan yang
kau jaga buat persediaan dihari kemudian? Dan hari kemudian;
terkandung janji apakah bagi dia, si anjing kikir,
Yang menimbun tulang-tulang di bawah pasir,
Dalam perjalanan ke kota suci, mengikuti musafir ?

Dan bukankah ketakutan akan kemiskinan,
Merupakan kemiskinan itu sendiri ?
Ketakutan akan dahaga, sedangkan sumur masih penuh,
Bukankah dahaga yang tak mungkin dipuaskan ?
Ada orang yang memberi sedikit dari miliknya yang banyak
Dan pemberian itu dilakukan demi sanjungan,
Hasrat tersembunyi membuat tak murni dermanya.
Ada pula yang memiliki sedikit dan memberikan segalanya.

Merekalah yang percaya akan kehidupan dan anugerah kehidupan,
Dan peti mereka tiada pernah mengalami kekosongan.
Ada yang memberi dengan kegembiraan dihati,
Kegembiraanlah yang menjadi anugerah pengganti.
Ada yang memberi dengan kepedihan dihati,
maka Kepedihan menjadi air pensucian diri.
Dan ada yang memberi tanpa merasa sakit didalamnya,
Tanpa mencari kegirangan dari pemberiannya,
Tanpa mengingat-ingat kebaikannya,
Mereka memberi, sebagaimana di lembah sana,
Bunga-bunga menyebarkan wewangiannya keudara.

Melalui mereka inilah, Tuhan berbicara,
Dan dari sinar lembut tatapan mata mereka Dia tersenyum pada dunia.
Sebab sesungguhnya, kehidupanlah yang memberi pada kehidupan.
Sedangkan kau, yang mengira dirimu seorang pemberi,
Sebetulnya hanyalah seorang saksi.

Dan kau, kaum penerima - ya ,
engkau semuanya tergolong penerima !
Jangan memberati diri dengan rasa terhutang budi,
Sebab kau akan membebani dirimu dan dia yang memberi.
Sayugia kau bangkit bersama si pemberi,
Naik sayap pemberiannya,
Melambung ke taraf yang lebih tinggi.
Terlampau menyedari hutangmu,
adalah meragukan kedermawanan dia,
Sang putera Bumi yang murah hati,
Dan Tuhan, sebagai sumber segala hartanya.







IBU




Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan.
Pemberi harapan di dalam penderitaan,
dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan.

Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan.
Manusia yang kehilangan ibunya bererti kehilangan
jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti.
Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang sosok ibu.

Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan
makanannya dengan pancaran panasnya.
Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta
pada malam hari sampai matahari meminta bumi
untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan
dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai.

Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga
menjadi ibu yang baik bagi buah - buahan dan biji - bijian.
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan
adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta.







PERSAHABATAN




Dan seorang remaja berkata,
Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.
Dan dia? menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih
dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan
mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya,
kau tiada takut membisikkan kata"Tidak" di kalbumu sendiri,
pun tiada kau menyembunyikan kata"Ya".

Dan bilamana dia diam, hatimu berhenti dari mendengar hatinya
kerana tanpa ungkapan kata, dalam?
persahabatan, segala fikiran, hasrat,
dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi,
dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat,
tiadalah kau berduka cita.
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya,
mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya,
bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki,
nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan
kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya,
bukanlah cinta, tetapi sebuah jala yang ditebarkan:
hanya menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu,
biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.

Gerangan apa sahabat itu jika? kau sentiasa mencarinya,
untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu,
bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan,
biarkanlah ada tawa ria dan berbagi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi,
hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.







SUARA KEHIDUPANKU - KEINDAHAN KEHIDUPAN




Suara kehidupanku memang tak akan
mampu menjangkau telinga kehidupanmu;
tapi marilah kita coba saling bicara
barangkali kita dapat mengusir kesepian
dan tdak merasa jemu....

Keindahan adalah kehidupan itu sendiri
saat ia membuka tabir penutup wajahnya.
dan kalian adalah kehidupanya itu,
kalianlah cadar itu. Keindahan adalah
keabadian yang termanggu di depan cermin.
Dan kalian adalah keabadian itu, kalianlah
cermin itu.







SYUKUR




Bangun difajar subuh dengan hati seringan awan.
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan.
Istirahat diterik siang merenungkan puncak getaran cinta.

Pulang dikala senja dengan syukur penuh dirongga dada.
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari.
Dan sebuah nyanyian kesyukuran terpahat dibibir senyuman.







KISAHKU




Dengarkan kisahku...
Dengarkan, tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku:
kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan,
padahal aku masih tegar dalam penderitaanku..
Jika kita mencintai, cinta kita bukan dari diri kita,
juga bukan untuk diri kita.

Jika kita bergembira, kegembiraan kita bukan
berada dalam diri kita, tapi dalam hidup itu sendiri.
Jika kita menderita, kesakitan kita tidak terletak
pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam.
Jangan kauanggap bahawa cinta itu datang kerana
pergaulan yang lama atau rayuan yang terus menerus.
Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak
tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun - tahun
atau bahkan dari generasi ke generasi.

Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan
jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran, yang terbuka namun rahsia
hanya dapat difahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan,
dan ketika kita mencuba untuk menggambarkannya
ia menghilang bagai segumpal uap.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar