Seorang lelaki tua yang baru kematian isteri tinggal bersama anaknya...
Arwan dan menantu perempuannya, Rina, serta anak pasangan itu, Viva yang baru berusia enam tahun.
Keadaan lelaki tua itu agak uzur, jari-jemarinya sentiasa menggeletar dan pandangan pula semakin hari
semakin kabur.
Malam pertama pindah ke rumah anaknya, mereka makan malam bersama.
Lelaki tua merasa kurang menikmati hidangan di meja makan.
Dia merasa amat canggung menggunakan pisau dan garpu. Selama ini dia makan,
gemar sekali duduk bersila di lantai, tapi di rumah anaknya dia tiada pilihan.
Cukup sulit dirasakannya, sehingga makanan berasa hambar di lidah.
dia merasa tidak enak hati dengan keadaan dirinya saat itu di depan anak menantunya,
Lantaran kerap kerap kali dilirik oleh menantunya, seleranya menjadi hilang.
Dan tatkala dia mencapai gelas minuman, pegangannya terjatuh.
Prannnnngggggg ... !! Berhamburan pecahan kaca di lantai.
Lelaki tua serba salah. Dia bangun,coba untuk membereskan serpihan gelas itu,
tapi anaknya Arwan melarangnya. Rina bermuka masam.
Viva kasian melihat kake`nya, tapi dia hanya melihat, kemudian kembali makan.
Selesai makan malam, di dalam peraduan Rina berkata kepada suaminya,
"Esok ayah tak boleh makan bersama kita, berapa gelas dan piring nantinya yg
akan dia pecahkan di rumah ini" Viva mendengar ibunya berkata pada ayahnya...
Arwan hanya menghela nafas dan membisu.
Sebagai memenuhi tuntutan Rina,
Arwan membeli sebuah meja kecil yang rendah,
lalu diletakkan di suatu sudut meja makan.
Di situlah ayahnya menikmati hidangannya sendirian,
sedangkan anak - menantu makan di meja.
Dan sejak saat itu pula lelaki tua itu apabila makan
disediakan nya piring dan gelas khusus yang terbuat dari plastik.
Walaupun makanan berserakan setiap kali waktu makan,
tetapi tiada lagi piring atau gelas yang pecah.
Viva pun dihalang apabila dia merengek ingin makan bersama kake`nya
"dengan alasan tidak boleh menggangu makan kake`nya".
Air mata lelaki tua itu meleleh melihat nasibnya diperlakukan seperti itu.
Ketika itu dia teringat kampung halaman yang ditinggalkan.
Dia terkenang isteri tercintanyanya semasa hidup.
di dalam hatinya ia berkata : " Miah... buruk benar layanan anak kita ini pada abang,
ingin rasanya aku kembali kekampung halaman Miah, merawat makam mu dan rumah kita,
klo saja aku tidak teringat cucu kta Viva "
Sejak itu, lelaki tua merasa tidak betah tinggal di situ.
Hari-hari dia dihardik karena menumpahkan sisa makanan.
Dia diperlakukan seperti hamba sahaya.
Pernah dia terfikir untuk lari dari situ, tetapi mengenangkan cucunya, dia menahan diri.
Dia tidak mau melukai hati cucunya. Biarlah dia menahan diri dihina anak menantu.
Masa terus berlalu. suatu hari diajaknya Viva ke supermaket oleh ayah dan ibunya
untuk membeli kebutuhan sehari - hari, setelah sesampainya di sana Viva merengek
minta dibelikan seperangkat alat makan dan minum yang terbuat dari plastik.
Rina pun menuruti permintaan anak semata wayangnya itu ia berpikir, Viva membelikan untuk kake`nya....
sesampainya dirumah Viva membungkusnya rapi2 dan menyimpannya di tempat khusus yang
sudah dipersiapkannya...
ibunya heran, dan bertanya, "loh koq disimpan nak, memangnya kenapa"...
Viva pun menjawab, " ini untuk mama ma papa, klo va dah gede nanti.
Biar ga susah nyari lagi, kan kasian mama ma papa nanti..."
Gamam demi mendengar jawaban anaknya,
Arwan dan Rina hanya bisa membisu. Air mata keduanya meleleh.
Jawaban Viva menusuk, jantungnya dirasa seperti dihiris sembilu.
Mereka benar-benar rasa bersalah!....
Malam itu di meja makan Arwan memapah bahu ayahnya ke meja makan.
Rina menyenduk nasi dan menuang minuman ke dalam gelas untuk mertuanya.
Nasi yang tumpah tidak dihiraukannya lagi.
Viva beberapa kali memandang ibunya, kemudian ayah dan terakhir sekali wajah kake`nya.
dia hanya keheranan, melihat perubahan itu....
" Pa, Ma besok va mau buang piring dan gelas plastik itu, sekarang sudah ga terpakai lagi?"
katanya Viva, pada ayah dan ibunya suatu hari selepas makan.
Arwan dan Rina hanya mengangguk, tetapi sebenarnya dadanya terus sesak.......
Moral :
Hargailah kasih sayang kedua orang tua kita. Ibu bapa kita hanya satu, perginya tidak akan ada
pengganti. Jadi, berbaktilah kepada mereka selagi hayat dikandung badan......
Arwan dan menantu perempuannya, Rina, serta anak pasangan itu, Viva yang baru berusia enam tahun.
Keadaan lelaki tua itu agak uzur, jari-jemarinya sentiasa menggeletar dan pandangan pula semakin hari
semakin kabur.
Malam pertama pindah ke rumah anaknya, mereka makan malam bersama.
Lelaki tua merasa kurang menikmati hidangan di meja makan.
Dia merasa amat canggung menggunakan pisau dan garpu. Selama ini dia makan,
gemar sekali duduk bersila di lantai, tapi di rumah anaknya dia tiada pilihan.
Cukup sulit dirasakannya, sehingga makanan berasa hambar di lidah.
dia merasa tidak enak hati dengan keadaan dirinya saat itu di depan anak menantunya,
Lantaran kerap kerap kali dilirik oleh menantunya, seleranya menjadi hilang.
Dan tatkala dia mencapai gelas minuman, pegangannya terjatuh.
Prannnnngggggg ... !! Berhamburan pecahan kaca di lantai.
Lelaki tua serba salah. Dia bangun,coba untuk membereskan serpihan gelas itu,
tapi anaknya Arwan melarangnya. Rina bermuka masam.
Viva kasian melihat kake`nya, tapi dia hanya melihat, kemudian kembali makan.
Selesai makan malam, di dalam peraduan Rina berkata kepada suaminya,
"Esok ayah tak boleh makan bersama kita, berapa gelas dan piring nantinya yg
akan dia pecahkan di rumah ini" Viva mendengar ibunya berkata pada ayahnya...
Arwan hanya menghela nafas dan membisu.
Sebagai memenuhi tuntutan Rina,
Arwan membeli sebuah meja kecil yang rendah,
lalu diletakkan di suatu sudut meja makan.
Di situlah ayahnya menikmati hidangannya sendirian,
sedangkan anak - menantu makan di meja.
Dan sejak saat itu pula lelaki tua itu apabila makan
disediakan nya piring dan gelas khusus yang terbuat dari plastik.
Walaupun makanan berserakan setiap kali waktu makan,
tetapi tiada lagi piring atau gelas yang pecah.
Viva pun dihalang apabila dia merengek ingin makan bersama kake`nya
"dengan alasan tidak boleh menggangu makan kake`nya".
Air mata lelaki tua itu meleleh melihat nasibnya diperlakukan seperti itu.
Ketika itu dia teringat kampung halaman yang ditinggalkan.
Dia terkenang isteri tercintanyanya semasa hidup.
di dalam hatinya ia berkata : " Miah... buruk benar layanan anak kita ini pada abang,
ingin rasanya aku kembali kekampung halaman Miah, merawat makam mu dan rumah kita,
klo saja aku tidak teringat cucu kta Viva "
Sejak itu, lelaki tua merasa tidak betah tinggal di situ.
Hari-hari dia dihardik karena menumpahkan sisa makanan.
Dia diperlakukan seperti hamba sahaya.
Pernah dia terfikir untuk lari dari situ, tetapi mengenangkan cucunya, dia menahan diri.
Dia tidak mau melukai hati cucunya. Biarlah dia menahan diri dihina anak menantu.
Masa terus berlalu. suatu hari diajaknya Viva ke supermaket oleh ayah dan ibunya
untuk membeli kebutuhan sehari - hari, setelah sesampainya di sana Viva merengek
minta dibelikan seperangkat alat makan dan minum yang terbuat dari plastik.
Rina pun menuruti permintaan anak semata wayangnya itu ia berpikir, Viva membelikan untuk kake`nya....
sesampainya dirumah Viva membungkusnya rapi2 dan menyimpannya di tempat khusus yang
sudah dipersiapkannya...
ibunya heran, dan bertanya, "loh koq disimpan nak, memangnya kenapa"...
Viva pun menjawab, " ini untuk mama ma papa, klo va dah gede nanti.
Biar ga susah nyari lagi, kan kasian mama ma papa nanti..."
Gamam demi mendengar jawaban anaknya,
Arwan dan Rina hanya bisa membisu. Air mata keduanya meleleh.
Jawaban Viva menusuk, jantungnya dirasa seperti dihiris sembilu.
Mereka benar-benar rasa bersalah!....
Malam itu di meja makan Arwan memapah bahu ayahnya ke meja makan.
Rina menyenduk nasi dan menuang minuman ke dalam gelas untuk mertuanya.
Nasi yang tumpah tidak dihiraukannya lagi.
Viva beberapa kali memandang ibunya, kemudian ayah dan terakhir sekali wajah kake`nya.
dia hanya keheranan, melihat perubahan itu....
" Pa, Ma besok va mau buang piring dan gelas plastik itu, sekarang sudah ga terpakai lagi?"
katanya Viva, pada ayah dan ibunya suatu hari selepas makan.
Arwan dan Rina hanya mengangguk, tetapi sebenarnya dadanya terus sesak.......
Moral :
Hargailah kasih sayang kedua orang tua kita. Ibu bapa kita hanya satu, perginya tidak akan ada
pengganti. Jadi, berbaktilah kepada mereka selagi hayat dikandung badan......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar